Kamis, 17 Mei 2018

Ingin cepat kaya? Tanamlah pohon penghasil gaharu!


Oktober 8, 2010
Bibit pohon penghasil gaharu
Pohon penghasil gaharu. Agarwood trees
Agarwood beans. Biji-biji gaharu
Agarwood super, gaharu super dari Timor, Kupang
Agarwood powder, serbuk gaharu
Minyak gaharu: Agarwood oil produksi Timur Tengah ini namanya dalam bahasa Arab jika diterjemahkan menjadi “Sinar Surya”. Bahan baku utamanya  berasal dari kayu gaharu produksi Indonesia.
Tidak ada pohon gaharu. Yang ada ialah pohon penghasil gaharu. Untuk itu perlu disuntik jamur jika kita ingin membudidayakan pohon penghasil gaharu.

Indonesia adalah penghasil gaharu terbesar di dunia. Namun, apakah kita telah memproduksi sendiri minyak gaharu dan parfum gaharu kelas super untuk dijual ke mancanegara?
Jika Anda ingin terlepas dari lilitan kemiskinan, tanamlah pohon penghasil gaharu. Yang lebih cepat dan afdol adalah budidaya pohon penghasil gaharu. Untuk itu, perlu ditanam lebih dulu pohon pelindung, seperti palem, pakis, mahoni, dan pisang yang membutuhkan kelembaban sebagai tempat favorit bertumbuh suburnya pohon penghasil gaharu.
Jika Anda ingin menjadi trilyuner, produksilah aneka produk dari bahan kayu gaharu!
Jika Anda ingin mendapatkan gambaran lebih lengkap, klik file powerpoint berikut ini!
Jika Anda ingin tahu tentang prospek gaharu, bacalah artikel berikut ini!
Gaharu: Berlian Hijau dari Timur
Posted Mon, 31/05/2010 – 16:54 by itaibnu
Oleh Robert Eppedando, S.Fil
Senin, 31 Mei 2010 | 00:41 WIB
Gaharu adalah bahan aromatik termahal di dunia. Indonesia adalah eksportir gaharu nomor satu dunia. Namun, kuota ekspor Indonesia per tahun menurun drastis. Dari 456 ton (1999) tersisa hanya 30 ton (2000). Apakah kuota 2010 kembali menanjak? Tentu tidak. Penyebabnya yakni adanya penebangan pohon penghasil gaharu di hutan secara liar, tanpa ada upaya budi daya (peremajaan). Padahal, harga gaharu kualitas terbaik di pasar internasional berkisar Rp 5 juta s/d Rp 20 juta per kg. Bahkan pernah bertengger di Rp 100 juta per kg. Harga gaharu kelas paling rendah saja sekitar Rp 50 ribu per kg. Gaharu merupakan bahan baku untuk parfum elit, kosmetik mahal, obat-obatan (chemical content), dan ritual keagamaan.
Mahalnya harga gubal pohon gaharu tersebut menghipnotis banyak orang untuk berlomba membudi-dayakannya. Selain bernilai ekonomis tinggi, gaharu dapat tumbuh di hutan tropis. Seluruh komponen gaharu, dari akar hingga ujung daun memiliki harga tinggi.  Namun, pengembangan spesies pohon gaharu saat ini belum banyak dikenal publik. Hanya orang tertentu saja yang sudah mengembangkannya. Padahal, budi daya gaharu dapat mendatangkan banyak uang dalam waktu relatif singkat. Apalagi pohon tersebut dapat tumbuh di pekarangan rumah. Petani bisa memiliki banyak kesempatan untuk menanamnya di pekarangannya.
Gaharu sudah dikenal sebagai komoditas termahal dan konsumsi raja-raja semenjak kerajaan kuno Mesir, Babilonia, Mesopotamia, Romawi, dan Yunani. Mumi-mumi di Mesir, selain diolesi kayu manis dan cengkeh, juga diberi minyak mur, minyak cendana, dan minyak gaharu. Dalam Alkitab, disebutkan bahwa kain kafan Sang Manusia Ilahi, Ilahi Manusia (Yesus Kristus) direciki aloe. Aloe yang dimaksud bukan aloevera (lidah buaya), melainkan gaharu. Karena itu, kayu gaharu disebut aloeswood (kayu aloe). Sinonim lainnya adalah agarwood, heartwood, dan eaglewood.
Di pasar internasional, gaharu diperdagangkan dalam bentuk kayu, serbuk, dan minyak. Kayu gaharu bisa dijadikan bahan kerajinan bernilai tinggi. Minyaknya merupakan parfum kelas atas. Dupa gaharu dapat dimanfaatkan untuk mengharumkan ruangan, rambut, tubuh, dan pakaian para bangsawan. Aroma gaharu digunakan sebagai bahan aromatherapy pada spa-spa elit di Jakarta untuk ramuan awet muda (anti aging).
Serbuk gaharu digunakan sebagai dupa (hio) untuk ritual keagamaan, seperti Hindu, Budha, Kong Hu Cu, Tao, Shinto, Islam, dan Katolik. Kayu gaharu disebut sebagai kayu para dewa karena aromanya dipercaya bisa mentahirkan peralatan keagamaan. Bahkan, jikalau gaharu dibakar, maka roh-roh jahat akan hengkang dalam sekejab. Hanya roh-roh suci, bahkan orang kudus akan datang menghirup aroma surgawi itu. Mungkin hanya aroma gaharu yang layak mengitari tingkap-tingkap surga.
Selain untuk ritual keagamaan, parfum, kosmetik, dan obat-obatan, gaharu sering dikaitkan dengan mitis-magis, entah faedahnya maupun perburuannya di hutan. Hingga kini, pengambilan gaharu di belantara masih dilakukan secara tradisional, bahkan dibarengi ritual magis. Pencarian gaharu di lokasi sulit harus menggunakan pesawat terbang atau helikopter. Hilangnya beberapa pesawat terbang dan helikopter pencari gaharu di hutan Kalimantan memperkuat kesan mistiknya.
EQUATOR Development Advisor (EDAR) merupakan anggota Konsorsium ‘Berlian Hijau’ yang peduli akan kepunahan spesies gaharu, khususnya dan manfaat ekonomis tinggi, berupaya melakukan budi daya semua jenis gaharu yang ada di dunia (34 spesies) secara profesional serta ditunjang oleh kajian akademis dan para pakar gaharu dari IPB, UGM, LIPI, Badan Litbang Departemen Kehutanan, Institut Pertanian, dan lain-lain.
Dengan program Gerakan Gaharunisasi Nusantara (GEGANA), yang telah dideklarasikan bersama seluruh komponen bangsa hingga peserta dari Malaysia dan Brunei Darussalam di Magister Managemen UGM Yogyakarta, 9 Mei 2010, maka lembaga EDAR telah membentuk Komunitas Petani Gaharu (KOMPIGAR) di setiap desa untuk memulai program bersama pembudidayaan gaharu secara akademis-profesional dan menanggalkan nuansa magis-tradisional dan spiritual sempit tentang gaharu. Semua kelompok tersebut berafiliasi dengan Konsorsium ‘Berlian Hijau’.
Sekitar sepuluh tahun, berbagai upaya sedang dilakukan lembaga EDAR untuk mendatangkan spesies gaharu ke NTT, di mana Flores sebagai pilot project dan basis ‘EQUATOR Green Camp’ di NTT. Identifikasi spesies dan jamur penghasil gaharu di NTT sudah diproses sejak beberapa waktu silam di IPB dan LIPI. Teknik pembenihan, inokulasi, distilasi, dan pemasaran ke manca negara merupakan kesatuan paket yang telah disiapkan lembaga EDAR.
Haruslah dicatat bahwa tidak semua pohon penghasil gaharu bisa menghasilkan gaharu kelas tinggi dan dibutuhkan pasar. Ada gaharu berkategori ‘gaharu palsu’ (black magic wood atau BMW) dan ‘gaharu imitasi’ (fake). Karena itu, lembaga EDAR hanya mengembangkan gaharu bergenus aquilaria sp dan gyrinops sp, yang terbukti bernilai ekonomis tinggi. Kedua genus tersebut memiliki kadar gaharu tertinggi dan disukai pembeli mancanegara, khususnya Timur Tengah.
Karena itu, genus aquilaria sp yang sedang dan akan dikembangkan terdiri dari aquilaria  malaccensis, aquilaria  agallocha, aquilaria  secundana, aquilaria filaria, aquilaria beccariana, aquilaria hirta, aquilaria microcarpa, dan aquilaria crassna. Sedangkan genus gyrinops sp terdiri atas gyrinops versteegii, gyrinops rosbergii, gyrinops moluccana, dan gyrinops cuimingiana. Jadi, ada 12 spesies yang bisa dikembangkan di NTT.
Semua spesies pohon penghasil gaharu bisa tumbuh di lahan basah dan lahan kering dengan ketinggian 0 m dpl s/d. 1.000 m dpl (di atas permukaan laut). Walaupun termasuk tanaman yang tahan kekeringan, hidup di bawah naungan, seperti di bawah palem, pakis, mahoni, pisang, dan lain-lain yang membutuhkan kelembaban merupakan tempat favorit pohon tersebut.
Selain NTT sebagai sumber bibit gaharu untuk genus gyrinops versteegii dan gyrinops rosbergii, Kalimantan, Sumatera, dan Jawa juga menyediakan spesies gaharu dengan harga bervariatif, yakni kisaran Rp 7.500- s/d Rp 50.000/polibag. Setiap hektar dapat ditanam sekitar 500 s/d 1.000 pohon gaharu dengan jarak tanam sekitar 3 m x 3 m. Usia pohon 7 tahun s/d 9 tahun mampu menghasilkan gubal sekitar 2 kg kelas ‘super’ per pohon.
Penentuan harga bergantung pada kualitas gaharu. Gaharu kualitas rendah laku dijual Rp 5 juta per kg. Sedangkan untuk gubal gaharu berwarna hitam atau kualitas terbaik laku dijual Rp 15 juta s/d Rp 20 juta per kg, bahkan hingga Rp 100 juta per kg. Fantastik!
Menanam pohon penghasil gaharu dan menghasilkan banyak gubal diperlukan perawatan khusus, ilmu memadai, serta kajian akademis. Saat pohon gaharu berumur sekitar 5 tahun s/d 7 tahun, pohon tersebut perlu disuntik dengan jamur (inokulum) penghasil gaharu. Hingga kini, fusarium sp (dengan 8 spesies) adalah jamur penghasil gaharu paling cepat. Setiap pohon hanya memerlukan satu ampul jamur fusarium sp. Spesies inokulum teraktif yakni fusarium lateritium dan fusarium popullaria.
Identifikasi jamur akan dilokalisasikan dari spesies pohon penghasil gaharu yang berada di NTT, bukan diadopsi dari luar NTT. Jika tidak, maka pohon tersebut akan membusuk karena mendapat inokulasi jamur dari locus lain, yang bisa saja terinfeksi mikroba antarpulau, yang merusak produksi pohon itu sendiri. Kasus di Kalimantan tahun 2009 menjadi pelajaran berharga karena beberapa hektar perkebunan gaharu serentak membusuk lantaran pemiliknya mengimpor dan menginokulasi jamur dari Jawa, yang tidak sesuai dengan karakter pohon di pulau tersebut, walaupun jamur berspesies sama.
Terbentuknya gubal gaharu setelah pohon tersebut terinfeksi jamur tertentu, seperti fusarium sp. Akibat terinfeksi, maka pohon tersebut mengeluarkan getahnya yang sangat harum. Getah tersebut menggumpal dalam batang kayu. Setelah sekian lama, batang pohon menjadi gubal, yakni berwarna hitam pekat dan harum. Pohon yang tidak terinfeksi jamur fusarium sp misalnya, tidak akan menghasilkan gaharu.
Pemasarannya sangat mudah, karena banyak pembeli siap menjemput petani yang memiliki gaharu. Banyak eksportir berlomba mendapatkan gaharu dengan harga bersaing. Kini, gaharu yang sedang beredar di pasaran, lebih banyak berasal dari perburuan liar di hutan. Pencari gaharu terkadang tidak mampu membedakan kayu yang bergubal dan tidak bergubal. Karena itu, semua spesies aquilaria sp dan gyrinops sp ditebang tanpa sortasi. Akibatnya, populasinya terancam punah.
Dalam pertemuan ke-13 Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES Conference of Parties ke-13) di Bangkok, Thailand, 2-14 Oktober 2004, genus aquilaria sp telah dimasukkan dalam Appendix II. Artinya, pohon tersebut layak dilindungi, dibudidayakan, dan dilarang penebangan tanpa mengantongi surat izin dari CITES. Namun, karena tingginya nilai ekonomis, maka penebangan terhadapnya tak tercegah.
Mengingat tingginya nilai gaharu dan juga kelangkaannya, maka budidaya gaharu semakin mendesak. Upaya membuat hutan aquilaria sp dan gyrinops sp bisa dilakukan dengan mudah. Sebab tumbuhan kedua genus tersebut relatif mudah dikembangbiakkan dan toleran dengan lokasi ekstrim sekali pun.
Apabila pemilik lahan tidur di NTT, entah lahan kering atau lahan basah, mulai berbudi daya pohon penghasil gaharu, maka dalam kisaran 7 tahun s/d 9 tahun ke depan pemiliknya akan menghasilkan uang ratusan juta hingga miliaran rupiah. Dibandingkan komoditas lain, gaharu adalah peluang bisnis sangat menjanjikan hingga 12 abad mendatang. Karena satu pohon usia dewasa dapat menghasilkan uang puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Inilah ‘berlian hijau dari Timur’, harta karun yang terlupakan, yang mampu melahirkan pundi-pundi kemakmuran bagi orang NTT, yang selalu saja berkutat pada masalah yang sama, miskin, miskin dan miskin. Dalam kurun waktu 7 tahun s/d 9 tahun  mendatang, tak ada lagi alasan demikian. Jika tidak, sebaiknya sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya dan dibuang ke lautan karena tidak bermanfaat bagi dirinya dan orang-orang yang dicintainya. Apalagi spesies gyrinops versteegii dan gyrinops rosbergii yang bermarkas di NTT sangat dicari negara Yaman karena aromanya sangat disukai mereka. Tak heran jikalau beberapa waktu lalu harganya mendekati Rp 100 juta per kg.
Hai, saudari-saudaraku orang NTT, kau apakan lahan kosong mahaluas, yang terbentang dari Manggarai Barat sampai Lembata, dari Sumba Barat Daya hingga Sumba Timur, dari Rote Ndao sampai Belu? “Berlian Hijau’ yang dulu tercecer sudah di genggaman Anda dan siap didulang dan diasah. Selamat menuai  ‘berlian hijau’  menuju kebebasan finansial (financial freedom), kebebasan ekonomi (economic freedom), dan kebebasan sosial (social freedom).*
Direktur EQUATOR Development Advisor,
Direktur Universe MUSIC EFFECT Consulting
Anggota Konsorsium ‘BERLIAN HIJAU’
Sumber: http://www.pos-kupang.com/read/artikel/48504/editorial/opini/2010/5/31/gaharu-berlian-hijau-d
Tentang cara budidaya pohon penghasil gaharu, kunjungilah posting ini!
https://sbelen.wordpress.com/2012/04/06/bagaimana-membudidayakan-pohon-penghasil-gaharu/

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar