Indonesia siap memasok 100 ton gaharu selama setahun ke Arab Saudi. Hasil Hutan Bukan Kayu dinilai sebagai komoditas yang mahal dan mempunyai nilai prestise tinggi.
Gaharu asal Indonesia memiliki pasar yang besar di Arab Saudi. Sebuah perusahaan manufaktur Indonesia, PT Idaman Polanusa bahkan siap memasok 100 ton gaharu selama setahun ke Arab Saudi.
“Total nilai kontrak ekspor gaharu tersebut mencapai lebih dari SAR 30 juta atau Rp100 miliar. Hal ini menunjukkan besarnya potensi ekspor gaharu ke Arab Saudi,” ungkap Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Jeddah Gunawan di Jeddah.
Hingga Juni 2016 lalu, gaharu telah diekspor lebih dari 10 ton dengan nilai lebih dari SAR 8 juta atau lebih dari Rp28 miliar.
Sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), gaharu banyak digunakan sebagai bahan baku industri parfum dan kosmetika, obat-obatan, serta dupa dan hio untuk perlengkapan upacara keagamaan.
Gaharu juga merupakan komoditas yang mahal dan mempunyai nilai prestise tinggi. Di Arab Saudi, gaharu banyak digunakan sebagai wewangian dalam berbagai kegiatan, seperti acara keagamaan, pesta pernikahan, menyambut tamu, bahkan acara resmi kenegaraan.
Gunawan menambahkan, kejelian pemilik PT Idaman Polanusa Faiz A. Bagis cukup mengagumkan.
“Ia banyak berinteraksi dengan masyarakat Arab Saudi. Dari situ, ia mampu memahami budaya dan gaya hidup masyarakat Arab Saudi yang banyak menggunakan gaharu,” ungkap Gunawan.
Melihat potensi gaharu di Arab Saudi, Plt. Konsul Jenderal KJRI Dicky Yunus menyampaikan bahwa KJRI selalu aktif melakukan diplomasi ekonomi. Itu dilakukan dalam rangka meningkatkan ekspor nonmigas ke Arab Saudi, khususnya yang berkaitan dengan promosi perdagangan, pariwisata, dan investasi (Trade, Tourism, and Investment/TTI).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar