JAKARTA - Tahukah Anda tentang kayu gaharu? Kayu berwarna kehitaman itu banyak terdapat di Indonesia tapi belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal, jika dibudidayakan dengan baik, harga jual gaharu berkualitas mencapai puluhan juta rupiah per kilogramnya.
Pendapat itu
disampaikan oleh Pakar Kayu Gaharu Gayuh Rahayu dalam Dialog Pakar di RRI,
belum lama ini. Peneliti asal Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor (IPB)
itu menyayangkan jika pemanfaatan kayu Gaharu justru dilakukan oleh masyarakat
Arab, Taiwan, China, dan Jepang.
Secara
tradisional, Gaharu digunakan sebagai dupa atau campuran parfum atau untuk
aromaterapi. Lebih luas, Gaharu juga dipakai sebagai campuran ramuan obat
karena pada dasarnya aroma wanginya dapat digunakan sebagai aromaterapi.
"Bahkan,
Gaharu juga bisa digunakan sebagai bahan pengawet dan campuran obat batuk.
Kalau kita pergi ke Mekkah, di mall-mall yang ada toko menyediakan bakaran
kayu, kayu yang dibakar kebanyakan adalah Gaharu," ungkap Gayuh, seperti
dinukil dari siaran pers yang diterima Okezone, Senin (12/5/2014).
Menurut
Gayuh, Gaharu memiliki nilai jual yang tinggi. Uniknya, daya jual tertinggi
Gaharu bukan ketika kayu itu sehat tapi justru ketika sakit.
"Kayu gaharu
sehat bernilai rendah. Tetapi ketika pohon gaharu sakit dan mengeluarkan
gumpalan coklat kehitaman beraroma wangi, kemudian disebut gubal, inilah yang
bernilai tinggi," paparnya.
Dia
menjelaskan, gubal diperoleh dari kayu Gaharu melalui bantuan cendawan. Ada
beberapa jenis cendawan, seperti acremonium, cylindrocarpon, dan fusarium yang
dapat menyebabkan pohon gaharu sakit.
"Pohon
yang sakit berusaha mempertahankan diri dari serangan cendawan dengan
menghasilkan senyawa untuk menekan perkembangan cendawan. Senyawa pertahanan
tadi jika menumpuk pada bagian kayu. Maka kayu gaharu yang tadinya berwarna
putih dan tidak wangi berubah menjadi berwarna coklat sampai coklat kehitaman
dan menjadi wangi dan wanginya mudah menyebar kalau kayunya dibakar,"
tutur Gayuh.
Meski
demikian, Gayuh menyayangkan masih minim petani Indonesia yang membudidayakan
Gaharu. Namun, dia menyarankan bagi mereka yang ingin membudidayakan Gaharu
untuk berkonsultasi dengan ahli di bidang tersebut secara berkala.
"Sekarang
sudah ada petani Indonesia yang menghasilkan Gaharu meskipun belum diproduksi
secara luas. Selama ini produksi gubal Gaharu di Indonesia masih mengandalkan
produksi alami dari pohon Gaharu di hutan alam. Bagi yang ingin membudidayakan
pohon ini, sebaiknya banyak belajar kepada orang yang telah dahulu memulai atau
konsultasi ke ahli atau peneliti yang menggeluti bidang ini," imbuhnya.
sumber
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar