Penyakit Busuk Batang Pisang


Tanaman pisang merupakan komoditas hortikultura yang mempunyai arti penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Buahnya diperlukan sebagai bahan asupan gizi untuk semua strata umur dan untuk banyak sekali keperluan sosial. Di masyarakat Bali, buah pisang selalu dibutuhkan sebagai bahan dalam kegiatan ibadahnya. Secara ekonomi, buah pisang menjadi tumpuan bagi banyak rumah tangga untuk penyangga kebutuhan hidupnya, sehingga serangan penyakit terhadap tanaman ini patut diwaspadai dan dicegah agar tidak menjadi momok dalam budidaya pisang.

Penyakit busuk batang pisang disebabkan oleh dua jenis patogen yaitu bakteri Pseudomonas solanacearum dan jamur Fusarium oxysporum f.sp. cubense.  Kedua jenis mikroorganisme parasit tersebut menyebabkan kematian tanaman, sehingga sangat merugikan petani dalam usahatani pisang. Di lapangan, gejala luar penyakit busuk batang pisang, baik yang disebabkan oleh bakteri maupun jamur mempunyai gejala serangan yang hampir sama, yaitu daun yang masih tegak sama-sama menguning, meski secara detail berbeda. Demikian pula gejala pada batang dan buah. Secara umum, gejala serangan oleh bakteri dapat menyebabkan busuk basah dan berbau khas, sedangkan serangan oleh jamur menimbulkan gejala busuk kering (kisut) dan tidak berbau.
Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk upaya pengendalian penyakit ini yaitu: infus akar, injeksi batang dan perendaman bibit (Juniawan, 2008). Pestisida yang digunakan adalah pestisida nabati OPIS dengan bahan aktif yang diperoleh dari limbah cengkeh (Syzigium caryopilatum).
Penyebab Penyakit 
Ada dua penyebab penyakit busuk batang pada pisang, yaitu: (a) penyakit layu Fusarium atau penyakit Layu Panama, yang merupakan salah satu penyakit pada pisang yang sulit dikendalikan, sehingga mampu menyebabkan kebangkrutan ekonomi Panama pada tahun 1955. Penyebabnya adalah jamur F. oxysporum f. sp. Cubense. Patogen ini memiliki struktur bertahan berupa klamidospora dalam tanah sebagai saprofit dalam waktu sekitar tiga sampai empat tahun walau tanpa tanaman inang (Booth, 1971 dalam Sudantha, 2009). Ahli lain menyebutkan bahwa patogen ini mampu bertahan selama 40 tahun di dalam tanah (Sastrahidayat, 2011). Selain  itu,  sulitnya  pengendalian  penyakit  ini disebabkan karena penularannya melalui bibit pisang yang sudah terinfeksi, sehingga penyebarannya menjadi cepat dan meluas; (b) penyakit layu bakteri atau penyakit batang berdarah (Pseudomonas solanacearum). Penyakit yang disebabkan bakteri jauh lebih berbahaya karena rentang perkembangbiakannya yang sangat singkat yaitu sekitar 20 menit saja.
Gejala Serangan
Terjadi gejala khas yaitu pencoklatan pada jaringan pembuluh. Infeksi penyakit layu fusarium terjadi melalui penetrasi pada akar tanaman pisang. Jamur kemudian menyerang xylem sehingga menyebabkan penutupan pembuluh. Gejala internal ditandai oleh pencoklatan jaringan pembuluh, diawali dengan penguningan jaringan pembuluh di akar dan bonggol, selanjutnya berubah warna menjadi merah atau coklat pada pembuluh vaskular pada pseudostem dan kadang-kadang pada tangkai tandan. Pada saat tanaman mati, jamur akan tumbuh menyebar dari xylem ke jaringan sekitarnya, membentuk klamidospora (spora istirahat) yang mampu bertahan dalam perakaran inang alternatif sampai 30 tahun (Hermanto, dkk., 2008).
Gambar (a) Gejala pada anakan (b) Gejala pada batang (c) Gejala pada buah (d) Gejala pada buah
Keluhan yang merata dan meluas secara masive pada petani pisang di seluruh negeri menjadi cambuk untuk terus mencari formula yang tepat untuk dapat mengendalikan serangan penyakit ini. Dengan adanya formula OPIS untuk saat ini dapat menjawab tantangan yang ada di lapangan dan kami berharap agar bila tulisan ini belum jelas dapat berkomunikasi secara langsung dengan penulis di BBPP Ketindan Malang.
Bahan Bacaan :
  • Agrios, G.N. 1991. Plant Pathology. Third Edition. Department of Plant Pathology Univercity of Florida. Academic Press Inc. San Diego, California.
  • Hermanto, C.B.Nurul Hidayah dan Kunto Kumoro. 2008. Penyakit-penyakit Pisang di Pulau Lombok dan Upaya Pengendaliannya. Artikel. BPTP NTB. Mataram.
  • Juniawan, 2008. Uji Efektivitas Beberapa Tumbuhan Lokal Pulau Lombok Sebagai Bahan Fungisida Nabati Untuk Pengendalian Jamur Tular Tanah (Fusarium oxysporum, Rhizoctonia solani dan
  • Sclerotium rolfsii). Tesis. Program Pascasarjana Universitas Mataram. Mataram.
  • Kardinan, A. 1999. Pestisida Nabati Ramuan & Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
  • Sastrahidayat, R.R. 2011. Epidemiologi. Brawijaya Press. Malang.
  • Semangun, H. 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 
  • .................., 2000. Penyakit-Penyakit Penting Tanaman Hortikultura Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 
  • Suyanti dan Ahmab Supriyadi. 2008. Pisang Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Bagikan Artikel :

sumber